Langsung ke konten utama

Kesuksesan Tuhan Yang Atur

Kesuksesan Tuhan Yang Atur Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1

Kisah ini saya angkat berawal saya masih SD, kejadian ini terjadi pada daerah saya sendiri, yaitu di Sulawesi Tengah (Masadian). Rumahnya tak jauh dari rumahku, sebelum mereka sukses seperti sekarang ini. Dulunya dua orang sepasang suami istri ini hidup apa adanya, bertahun-tahun mereka menjani hidup mereka dan mengharapkan buah hati, tapi sayangnya yang maha kuasa belum menghendaki.

Yang saya herankan dari keluarga ini, bertahun-tahun mereka bersama dan menjalani hidupnya tanpa kehadiran buah hati, hubungan keluarga mereka baik saja tidak seperti keluarga orang lain yang saya saksikan sendiri di kampung saya. Mungkin bisa dikatakan kalau orang lain yang seperti keluarga ini, mungkin sudah lama cerai lantaran sang buah hati tidak ada. Tapi anehnya mereka tak seperti itu bahkan mereka tampil apa adanya dikalangan masyarakat yang ada di desa itu.

Dulunya sang istri dari suami itu, sebelum sukses dia bekerja di sebuah rumah tapi bisa dikatakan rumah itu adalah rumah sepupunya sendiri. Dan suaminya juga bekerja di rumah itu sebagai nahkoda kapal karena rumah itu memiliki kapal untuk selalu pergi belanja memenuhi kebutuhan keluarganya.

Pernah suatu hari saya lihat wanita itu sering disuruh-suruh membuat segala hal yang disukai majikannya.
... baca selengkapnya di Kesuksesan Tuhan Yang Atur Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bende Mataram - JILID 7. SUATU PERTEMPURAN TAK TERDUGA

Bende Mataram - JILID 7. SUATU PERTEMPURAN TAK TERDUGA WIRAPATI girang bukan main. Sangaji telah cfiketemukan. Kini tinggal menunggu Jaga Saradenta pulang dari penyelidikan ke luar kota. Seminggu sekali Jaga Saradenta datang ke pondokan dan membawa berita. Adakalanya sampai satu bulan. Dia pasti girang, kata Wirapati dalam hati, nanti malam biar kuajaknya mulai bekerja. Mudah-mudahan dia datang. Sekiranya tidak, biarlah kumulai dahulu. Waktu berarti pedang. Satu hari lengah berarti terkikisnya waktu yang dijanjikan. Hm—tinggal empat tahun. Kalau Sangaji mempunyai bakat, agaknya masih ada waktu. Mendadak saja timbullah suatu pikiran lain. Eh, sekiranya Sangaji nanti malam tak datang apa yang akan kulakukan? Bukankah hati kanak-kanak seringkali berubah? Celaka—aku belum tahu rumahnya. Memikir demikian, cepat ia kembali ke lapangan. Sangaji baru saja melangkahkan kaki meninggalkan lapangan. Ia girang. Mau dia percaya, kalau selama itu Sangaji masih tertegun-tegun memikirkan kehebatannya y...

ep.48 bende mataram - Pulang

BENDE MATARAM JILID 48 PULANG HATI seorang perempuan memang sukar diduga. Kalau tidak masakan perbuatan Rukmini dapat terluput dari pengamatan Sangaji yang sudah memiliki ilmu sangat ting-gi. Soalnya, seluruh perhatiannya ditegangkan oleh peristiwa yang terjadi di tengah lapangan. Dan sekelumitpun tiada terbintik dalam hati Sangaji, bahwa ibunya akan membunuh difi pula mencontoh Sonny de Hoop. Alasan untuk berbuat demikian sangatlah lemah. Jalan pikir Rukmini memang sangat aneh. Melihat anaknya tiada hendak meninggalkan rumah, lantas timbullah keputusannya akan membunuh diri. Ia sendiri tak dapat pergi bersama anaknya, sebeluin berbicara dengan Major de Hoop yang sudah beberapa tahun lamanya menjadi perlindungannya. Gntuk perbuatan itu, ia merasa berutang budi setinggi gunung. Kalau ia pergi begitu saja meskipun alasan-alasannya cukup kuat serta mendesak ia takut dikatakan sebagai makhluk tak kenal budi. Padahal anjingpun mengerti akan mem-balas budi. Masakan manusia tidak? Sekiranya...

BENDE MATARAM - JILID 8. SONNY SI GADIS INDO

BENDE MATARAM - JILID 8. SONNY SI GADIS INDO DENGAN berdiam diri pula Jaga Saradenta membimbing tangan Sangaji di samping Wirapati. Kesan pertempuran tadi masih saja meriuh dalam otaknya. Hatinya bisa menduga apa yang bakal dilakukan Pringgasakti ketika melihat adiknya mampus begitu terhina di tengah lapangan. “Iblis itu benar-benar kebal dari semua senjata tajam. Tapi kekebalannya tak kuasa mempertahankan diri dari letupan pistol. Jika begitu, boleh juga kita belajar menembak,” katanya perlahan. Wirapati adalah murid keempat Kyai Kasan Kesambi yang diajar membenci senjata bidikan. Begitu mendengar ujar Jaga Saradenta lantas saja menyahut. “Bukan karena mesiu pistol dia mampus, tetapi karena kebetulan tepat mengenai lubang kelemahannya.” “Bagaimana kautahu?” “Pertama-tama kulihat dia selalu melindungi kepalanya rapat-rapat dari gempuran cempulingmu. Seandainya dia benar-benar kebal, apa perlu berlaku begitu? Kedua, tembakan pistol Sangaji tepat mengenai pusatnya. Memang se-mendjak kau ...